Kamis, 19 Oktober 2017

Resep Maag

Terapi untuk masalah lambung (maag) dgn herba HPAI:

1. Bangun tidur minum madu SJ 1-2 sdm. Campur dgn air hangat.

Air hangat dulu yg dituang di gelas, baru tambahkan madunya. Aduk thawaf. Gunakan sendok plastik atau kayu.


2. Setengah jam sblm makan minum magafit 2 kapsul. Lebih afdol dibuka kapsulnya dan dicampur segelas air putih hangat dan madu.

Rutinkan. Insya Allah sembuh biidznillah...

Selasa, 10 Oktober 2017

HOW STRAT THE BUSINESS ??

Yang pertama kali harus diketahui oleh para Agen yg sudah gabung di HNI (bayar 30.000, dapat buku katalog produk dan panduan sukses serta kartu diskon yg berlaku seumur hidup dan bisa diwariskan) adalah:

5 MANFAAT BERGABUNG DI HNI HPAI
Kartu diskon menyusul karena dicetak dulu di Pusat.
Kartu diskon ini bisa dipakai di HALAL MART seluruh Indonesia bahkan di luar negeri. Dengan menunjukkan kartu diskon HNI ini, Anda juga mendapatkan diskon semua produk inti dan merchant hni.id




Keren ngga nih...???

Cuma bayar 30rb dapatnya buanyaaak...
Belum lagi, dapat fasilitas AVO dan pembinaan dari para mentor dan Leader berpengalaman

Jika sudah bergabung menjadi mitra HNI HPAI untuk segera aktivasi AVO (Agent Virtual Office) begitu terdaftar sebagai agen HNI. Agar bisa mengecek poin (bonus) pembelanjaan. Dan cara aktivasi AVO sangat mudah, caranya:


  • Masukan username; nomor ID HNI ibu/bpk secara lengkap misalnya 00380921

  • Masukkan password; tanggal lahir denfan format yyyymmdd, contoh tanggal lahir 12 mei 1985, maka ketik 12051985, kemudian Login

Informasi yg bisa di dapatkan dari AVO adalah sbagai berikut:

Informasi dasar tentang keagenan HNI ibu/bpk, seperti nama lengkap terdaftar, nomor ID, data sponsor dan mentor, jg data rekening bank yg terdaftar di perusahaan.
Data bonus (statment bonus) setiap bulan.


  • Total bonus (poin) berupa informasi total bonus secara detail setiap bulan.

  • Geneologi, yaitu data jaringan bpk/ibu hingga di level generasi yg paling bawah sekalipun, berikut dgn omzetnya secara real time.

  • E-Wallet (Electronic Wallet) adalah bonus bpk/ibu yg ditransfer secara elektronik, layanan ini msh dikhususkan untuk LED (Top Leader) saja. Jika ada bpk/ibu non LED melakukan aktivasi e-wallet akan berdampak dgn bonusnya masuk secara e-wallet (electronic), konsultasikan kepada LED terdekat  terkait dgn hal ini.

  • Daftar AgenStock, di sini pun bisa melihat data AgenStock di seluruh dunia, dengan memasukan kata kunci daerah yang dicari.

  • Dan menu-menu lainnya yg terus dikembangkan.
Informasi yg ada di AVO, khususnya geneologi, omset jaringan di update cera realtime dan menjadi dasar dalam evaluasi dan analisa kesehatan jaringan bisnis bpk/ibu, bersama dgn data total bonus. AVO membuat bisnis ini begitu transparan dan bisa diakses oleh siapapun.

SELAMAT MENCOBA. BISNIS DI GENGGAMAN ANDA...



*Toko HNI kita adalah MULUT dan JARI JEMARI kita.*
Yang penting setiap hari BUKA TOKO:

๐Ÿ“žMULUT: Assalamu'alaikum...!
Apa Kabar...??!! *"HNI...!! Ayo Gabung...!!"*

JARI JEMARI: "Cekreeekk (bunyi foto)...!! Upload, Update, klik, share...!!"


Poin itu ada di mana?
Berikut penjelasannya....

Poin adalah budget iklan Perusahaan karena tidak mengiklankan produk di media, maka budget iklan Perusahaan diberikan kepada para Agen dalam bentuk poin, utk perhitungan bonus kita.
Untuk memberdayakan ekonomi ummat
Bayangkan... jika HPAI mengiklankan produk di TV
Amat sangat mahal!!!
Yg dpt untung besar cuma yg punya stasiun TV
Plus artis yg jadi bintang iklan.
Lebih baik budget iklannya diberikan untuk para Agen HPAI yg aktif mengenalkan HPAI dan mengajak hijrah produk... alias jadi bintang iklan, sehingga bisa meningkatkan ekonomi ummat

1 poin = Rp 1.000
Poin ini dikalikan dgn kepangkatan kita. Jika kita baru gabung, berarti masih AB (Agen Biasa) maka bonusnya adalah 10% dari total poin belanja kita tiap bulan.
Ini namanya BONUS BELANJA PRIBADI.

Ini contoh buku katalognya, MHS (MinyakHerba Sinergi). Harga 45.000,- tapi kalau kita sudah bikin kartu diskon harganya Cuma 28.000,- (kode: 28/10). Yang 10 adalah poin (buaget iklan perusahaan) untuk perhitungan bonus kita.


Jika baru bergabung, atau sudah lama bergabung tapi kurang aktif... maka Anda adalah AB (Agen Biasa) dengan bonus 10% dari total belanja pribadi tiap bulan.
Jika Anda tidak belanja?
Tentu tidak akan dapat bonus.
Karena di HNI adalah bisnis murni...
*Omset besar = penghasilan besar*
Ngga ada omset = ngga ada penghasilan
Uniknya HNI, belanja berapa saja dapat cash back lho... meskipun hanya 1 pasta gigi (PGH)
Tapi tentu ngga bisa langsung ditransfer karena nilai rupiahnya masih kecil. Terakumulasi, tersimpan di Pusat, misal belanja selama satu bulan 1 produk:
Zaitun itu poinnya 3
3 x 1000 = Rp. 3.000
Dikali 10%
Maka bonus ibu baru Rp. 300
Jika ingin meningkatkan persentasi bonus,  maka Anda harus menjadi Manager  (M) dengan bonus 20%.

Bagaimana cara menjadi Manager?
Berikut cara mudah memahami menjadi Manager 1000 Poin grup dalam sebulan:

1. Beberapa opsi yang bisa dipilih :
๐Ÿ‘‰ 5 jalur @ 200 Poin
๐Ÿ‘‰ 8 Jalur @ 125 Poin
๐Ÿ‘‰ 10 Jalur @ 100 Poin
๐Ÿ‘‰ 20 Jalur @ 50 Poin

2. kemudian ybs TP 200 Poin

STATUS NIAGA

URUTAN STATUS NIAGA DI HNI:
1. Stock Center (SC) atau biasa disebut Stokis. Modal awal minimal 5,6jt.
Dengan perincian 5jt produk dan 600rb untuk 20 Paket Pendaftaran.
Yg bisa belanja ke Stokis: Agen HNI dan konsumen.
Dapat tambahan bonus 11% dari Penjualan di Stokisnya tiap bulan.

2. Distribution Center (DC)
Syarat pangkat: Manager (M).
Belanja awal minimal 22,5jt.
Yg bisa belanja ke DC: Stokis, Agen HNI dan Konsumen.
Tambahan bonus 13% dari total penjualan DC tiap bulan.

3. Agency Center (AC)
Syarat pangkat: Executive Director (ED)
Modal awal minimal 60jt.
Yg bisa belanja ke AC: DC, SC, Agen HNI, Konsumen.
Mendapat tambahan bonus 16% dari total penjualan tiap bulan.

4. Business Center (BC)
Syarat pangkat: Loyal Executive Director (LED)
Belanja awal minimal 100jt.
Yg bisa belanja ke BC: AC, DC, SC, Agen HNI, Konsumen.
Mendapat tambahan bonus 16% dari penjualan tiap bulan.

Jumlah penduduk Indonesia sekitar 250jt
Yg sudah jadi Agen HNI baru 1jt orang, itupun yg aktif hanya 20%
Peluangnya masih sangat besar untuk kita.
AgenStok juga belum banyak...
Makanya yuk... cepetan ambil peluang ini๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ
Insya ALLAH berkah. Mudah banget jalanin bisnis ini
Yg ibu2 bisa sambil ngurus anak.
Yg bapak2 bisa sambil kerja sambil PCA
Yg belum punya pekerjaan... ayo fokuskan di HNI HPAI.
Bahkan fokus... bisa cuma 1 jam sehari kerja di HNI HPAI
Lakukan dgn tekun istiqomah.
Ngga mengganggu jadwal mengajar Anda...
Ngga mengganggu jadwal kuliah Anda...
Ngga mengganggu rutinitas keseharian Anda...
Yg terpenting adalah, kita berjuang dalam hal ekonomi. Jihad iqtishody
Supaya tidak dijajah terus...
Seperti apa peluang kedepan menjadi Stokis Center (SC) dgn modal 5,6jt untuk buka toko HALAL MART?
Jawab:
Selain mendapat keuntungan 11% tiap bulan, dari total transaksi penjualan di stokisnya...
Juga memudahkan masyarakat, terutama Ummat Islam untuk memperoleh produk halal.
Dan inilah tujuan kita. Bukan semata dunia tapi juga akhirat.
Kalau spanduk HALAL MART sudah terpasang, insya ALLAH akan menarik orang2 untuk bertanya: Apa itu HALAL MART?

Biarkan spanduk yg berbicara
Jadi ladang dakwah buat kita... sekaligus mereka akhirnya bisa menjadi mitra niaga kita di HNI HPAI
Makin banyak kita punya mitra, dan mitra kita aktif belanja (hijrah produk) maka Perusahaan akan mengapresiasi dgn bonus yg makin meningkat. Ingat rumus budget iklan dalam bentuk poin di tiap produk
Punya HALAL MART juga menguntungkan. Saat kita sedang jadi bintang iklan, melakukan GESIT PCA, dan calon mitra kita ingin lihat produknya langsung... kita ngga bingung lagi karena ada stoknya di HALAL MART kita.

Tanya:
Owh gt...
Mungkin setelah itu...beberapa bln ke depan nya kita ga blanja dulu ...habisin stok yg 5 jt tersebut ya bun....itu gmn ya?

Jawab:
Biasanya langsung ludes tuh... yg 5,6jt
Dan langsung dipakai belanja lagi. Sehingga modal akan terus berputar.
Jika kita tertib, modal tidak dipakai pribadi maka modal otomatis akan bertambah (ditambah dari bonus penjualan tiap bulan)
Di mana-mana, bisnis juga harus tertib.
Uang modal jangan digerogoti.
Karena MODAL = AKAR POHON
Jika AKAR dicabut maka POHON akan tumbang.
Apalagi jika modalnya dipakai untuk makan.
Harus dipisahkan.
Sehingga bisnis kita akan terus "bertumbuh".
Biarkan spanduk yg berbicara.
Saatnya menjemput peluang usaha, berinvestasi dlm bisnis syari'ah.
Saatnya untuk mengepakan sayap di lingkungan sekitar.
Menghadang para penjajah Ekonomi.
Dimulai dr rumah sendiri dgn produk asli milik Muslim.
Bagi Ibu rumah tangga berbisnis bisa;
Sambil ngasuh
Sambil masak
Sambil bisnis lainnya
Sambil kuliah
Bagi para suami, bisa;
Sambil bekerja
Sambil refreshing
Sambil bisnis lainnya
Sambil touring
Sambil dapat duit
Mau apa mau Banget??

Yuk merapat ke leadernya, langsung konfirmasi gak pake lama... proses cepat dan mudah.....

Kamis, 05 Oktober 2017

CARA RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM TAKLUKKAN EKONOMI YAHUDI


Oleh: Dr. Tiar Anwar Bachtiar
Hijrah Rasulullah Saw. dari Mekah ke Madinah menandai awal baru sejarah dakwah Nabi Saw. Di Mekah selama 13 tahun ibarat kawah candradimuka yang menempanya bersama para sahabat dengan kegetiran dan kepahitan. Sepuluh tahun berikutnya di Madinah Rasulullah mulai menapaki kemenangan demi kemengangan dakwah hingga sampai pada kemenangan terindah Futuh Mekah pada tahun ke-8 dari hijrah. Selain keimanan dan ketaatan pada Allah Swt. yang mutlak serta keikhlasan dalam berjuang yang sulit dicari tandingnya, tentu ada anasir-anasir strategis yang dilakukan Rasulullah Saw. dalam merespon kondisi masyarakat yang dihadapinya.
Syaikh Ramadhan Al-Buthi menyebutkan tiga strategi Rasulullah Saw. sebagai fondasi awal membangun Madinah, yaitu: 
1. membangun mesjid, 
2. mempersaudarakan kaum Muslim, 
dan 
3. melakukan perjanjian damai dengan berbagai komunitas yang ada di Madinah.

Ketiga hal ini menandakan bahwa dalam mengawali perjuangannya di Madinah, Rasulullah Saw. 
1. mendahulukan membangun keimanan dan mentalitas masyarakat, 
2. *membangun persatuan di antara komunitas Muslim* , dan 
3. mengamankan komunitas Muslim dari kemungkinan-kemungkinan gangguan dari pihak luar dengan cara membangun harmoni sosial dengan komunitas manapun yang ada di Madinah saat itu.

*Namun, ada satu hal yang mendesak yang dihadapi Rasulullah Saw., yaitu ekonomi Madinah saat itu dikuasai oleh orang-orang Yahudi*.
Penduduk asli Madinah, suku Aus dan Khazraj, walaupun lebih lama tinggal di Madinah, tapi kehidupan ekonomi mereka berada di bawah kontrol orang-orang Yahudi.
Salah satu yang menyebabkan penguasaan Yahudi terhadap ekonomi Madinah adalah penguasaan mereka atas pasar. 
Bahkan bukan hanya pasar, orang-orang Yahudi, di Madinah ini juga memiliki pusat-pusat pengolahan pertanian yang cukup besar di Madinah seperti di Khaibar. Hal ini semakin memperkuat dominasi Yahudi atas perekonomian Madinah saat itu, karena dari hulu produksi sampai distribusi kepada konsumen semuanya di bawah kendali mereka.

Menghadapi situasi ini, tentu saja Rasulullah Saw. harus mempersiapkan strategi yang tepat dan efektif untuk melemahkan dominasi Yahudi atas ekonomi Madinah.
Selain ketiga hal di atas sebagai pondasi dasar masyarakat Muslim Madinah, Rasulullah Saw. kemudian secara khusus membuat dua strategi penting yang satu sama lain saling berkaitan erat.
Pertama, meningkatkan etos kerja dan produktivitas kaum Muslim; dan
kedua, menciptakan pasar baru untuk transaksi kaun Muslim.
Strategi pertama dilakukan Rasulullah Saw. dengan memerintahkan para sahabat untuk segera menggarap lahan-lahan pertanian Madinah yang banyak ditelantarkan oleh penduduk setempat. Bisa jadi, kebutuhan masyarakat Madinah sudah banyak dipenuhi dari kebun-kebun yang dikembangkan orang Yahudi. 
Orang-orang Madinah sendiri bisa jadi lebih senang hanya bekerja untuk orang-orang Yahudi atau hanya menanam untuk kebutuhan sendiri sehingga masih banyak tanah yang tidak tergarap. 
Rasulullah Saw. menyeru ketika pertama kali menggulirkan program ini, “Siapa yang menghidupkan tanah yang mati; maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR Al-Bukhari).

Pribadi para sahabat yang sudah terbina baik dengan binaan ruhiyyah-islรขmiyyah cara Rasulullah saw. tidak pernah berpikir pilihan lain ketika mendengar seruan Rasulullah Saw., kecuali menaatinya.
Ali ibn Abi Thalib menghidupkan tanah dekat mata air di Yanbu’. Zubair ibn Awwam mengambil sepetak tanah tak terurus lainnya di Madinah. Diikuti kemudian oleh sahabat-sahabat lainnya yang sangat bersemangat untuk dapat hidup mandiri dan produktif.
Bila sebelumnya yang bertani adalah orang Madinah saja, maka karena dorongan perintah Rasulullah Saw. banyak dari kabilah lain yang belajar bertani sehingga pada masa Rasulullah saw. di Madinah muncul kawasan-kawasan pertanian baru yang produktif seperti Wadi Al-Aqiq, Wadi Bathhan, Wadi Mahzuz, Wadi Qanah, Wadi Ranuna, Wadi Al-Qura, Wadi Waj, Wadi Laij, dan sebagainya. Padahal, sebelumnya kawasan-kawasan tersebut adalah kawasan telantar yang hanya ditumbuhi semak belukar.
Produksi adalah bagian paling dasar dalam siklus ekonomi. 
Tidak akan ada pasar dan perdagangan tanpa ada barang-barang produksi. Rasulullah Saw. memulainya dari wilayah ini untuk melemahkan dominasi Yahudi. Bila selama ini produk-produk yang digunakan masyarakat Madinah dimonopoli oleh Yahudi dari kawasan-kawasan pertanian mereka, maka Rasulullah Saw. mulai menyainginya dari hasil-hasil produksi lahan baru milik para sahabat. Paling tidak saat panen tiba, kebutuhan kaum Muslim tidak lagi harus bergantung kepada orang-orang Yahudi. Ketika kaum Muslim sudah dapat mandiri, maka posisi tawar kaum Muslim semakin kuat. Apalagi yang mandiri adalah pangan yang merupakan kebutuhan primer manusia.

Kendala yang dihadapi pascaproduksi adalah pemasaran.
Di Madinah pasar-pasar besar adalah milik bangsa Yahudi. 
Salah satu pasar paling besar adalah Pasar Banu Qainuqa’ milik Yahudi. Rupanya kekuatan pokok mereka ada di sini. 
Dengan cara-cara yang penuh tipuan (gharar dan jahรขlah) disertai dengan praktik riba yang akut, kaum Yahudi berhasil menjerat semua pemilik barang-barang produksi untuk masuk ke pasar mereka. 
Masyarakat Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Saw. yang tidak terlalu mahir berdagang, tidak sanggup keluar dari lingkaran setan ekonomi ribawi yang dipraktikkan Yahudi di pasar-pasar mereka. Bila tidak mengikuti skema Yahudi ini, para petani tidak dapat memasukkan produk mereka ke pasar.

Agar produk-produk yang sudah dihasilkan umat Islam tidak menjadi makanan baru Yahudi, 
*maka Rasulullah Saw. berinisiatif untuk membuat pasar baru, minimal bagi kebutuhan umat Islam sendiri.*

Bersama Rasulullah Saw. dari Mekah ada sahabat-sahabat yang mahir berdagang seperti Usman ibn Affan, Abdurrahman ibn Auf, Abu Bakar, dan beberapa yang lainnya. Rasulullah Saw. adalah pedagang sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Keahlian-keahlian semacam inilah yang memungkinkan Rasulullah Saw. dapat menjalankan misinya membangun pasar baru.
Mula-mula Rasulullah Saw. membangun semacam tenda di dekat pasar Bani Qainuqa’ khusus untuk jula beli kaum Muslim. Ka’ab Al-Asyraf pemimpin Yahudi sangat marah atas apa yang dilakukan Rasulullah saw. Ia kemudian menghancurkan tenda tersebut agar kaum Muslim kembali bertransaksi ke pasar Bani Qainuqa’. Rasulullah saw. tidak terpancing oleh Ka’ab, tetapi ia kemudian berkata, “ *Demi Allah, aku akan membangun pasar yang akan membuatnya lebih marah lagi* .” Setelah Rasulullah Saw. membangun pasar di tempat yang agak jauh dari pemukiman. Kawasan pasar ini kelak dikenal sebagai *pasar “Manakhah”* .
Pasar yang dibuat Rasulullah Saw. ini unik dan sungguh-sungguh membuat Yahudi sangat marah atas keberadaannya, karena akhirnya pasar ini sanggup menggusur dominasi pasar orang-orang Yahudi di seantero Madinah. 
Oleh Rasulullah Saw. pasar ini dibuat sangat luas dan tidak dibuat bangunan permanen di sana; hanya berupa tanah lapang. 
Rasulullah Saw _melarang untuk memungut pajak dan kutipan apapun di pasar ini untuk menjaga harga tidak naik di tingkat konsumen_ .

Lebih unik lagi, Rasulullah Saw memperlakukannya seperti masjid. Siapa saja kaum Muslim bebas datang ke kawasan ini. Tidak boleh ada yang mengkapling-kapling tanah tersebut untuk sendiri. 
Setiap orang berhak berdagang di sebelah mana saja sama seperti orang duduk di mesjid bebas di sudut mana saja. 
Pengambilan tempat didasarkan pada urutan datang. Siapa yang pertama kali datang, dia berhak untuk memilih tempat mana yang akan dipergunakan. Keunikan ini bertahan hingga masa Khulafaur-Rasyidin.

Tambahan lagi, yang menyebabkan pasar ini semakin diminati oleh banyak konsumen adalah karena pasar ini sangat ketat memperhatikan implementasi ajaran-ajaran muamalah Islam. Di pasar ini tidak boleh ada riba, gharar, dan perjudian.
Diharamkan pula ada yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti pengurangan timbangan dan penipuan lainnya. Untuk menjamin semua ini berjalan baik, maka Rasulullah Saw. menunjuk Umar ibn Khathab sebagai pengawas pasar. Umar diberi kewenangan untuk menindak siapa saja yang melakukan kecurangan di pasar ini. Faktor inilah yang menyebabkan pasar ini menjadi lebih diminati bukan hanya oleh kaum Muslim, tapi juga kaum kafir. Secara perlahan tapi pasti, pasar Rasulullah Saw. berhasil menyingkirkan dominasi pasar Yahudi yang sangat merugikan konsumen.
Wallรขhu A’lam.

Rabu, 04 Oktober 2017

Menyoal Integritas Mahasiswa Muslim

Oleh: Dr. Nashruddin Syarief, M.Pd.I.

Integritas mahasiswa muslim selalu menjadi sorotan para ulama sejak lama. Dalam kitab-kitab yang membahas tentang ilmu, selalu dibahas adab-adab belajar dan mengajar yang harus selalu dijunjung tinggi oleh para pembelajar dan pengajar. Imam al-Ghazali menuangkannya dalam Ihya` ‘Ulumid-din. Imam an-Nawawi menuliskan satu kitab khusus tentang tema ini yang kemudian intisarinya disajikan dalam muqaddimah al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab. Syaikh al-‘Utsaimin juga menuliskan satu bab khusus tentang adab pencari ilmu dalam kitabnya, Kitabul-‘Ilm. Ulama kontemporer yang cukup intens juga dalam menyoroti integritas mahasiswa dan sarjana muslim adalah Syed Muhammad Naquib al-Attas, sebagaimana disarikan oleh Wan Mohd Nor Wan Daud dalam buku The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Demikian juga Wan Mohd Nor Wan Daud sendiri dan Adian Husaini, sebagaimana terangkum dalam sebuah biografi kelimuan, Rihlah Ilmiah Wan Mohd Nor Wan Daud; Dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer.

Membaca mutiara-mutiara hikmah dari para ulama di atas akan membuat siapa pun yang mencintai ilmu kembali berkaca diri; sudah berada di manakah diri ini dalam integritas keilmuan? Apalagi bagi seseorang yang menyandang status mahasiswa; apalagi yang pernah menyandang status mahasiswa yakni sudah bergelar sarjana, magister, atau doktor. Sebab mahasiswa ditakdirkan Allah swt sebagai status tertinggi dari seorang pembelajar ilmu di dunia dewasa ini. Jika status tertinggi sebagai pembelajar pada faktanya tidak sesuai dengan integritas tertinggi dari seorang pembelajar, maka minimalnya perasaan malu menghinggapi diri. Malu yang bukannya menuntun seorang mahasiswa meninggalkan dunia keilmuannya—sebab yang seperti ini justru tidak punya malu, melainkan malu yang akan menuntunnya semakin meningkatkan integritas diri sebagaimana dikehendaki oleh Allah swt dan Rasul-Nya.

Perasaan malu itu minimalnya menuntun diri pada tekad mulia untuk tidak jadi mahasiswa yang asal belajar atau belajar asal-asalan. Gejalanya seperti datang ke kelas selalu terlambat. Belajar hanya sebatas yang menjadi tugasnya semata, sementara yang menjadi tugas mahasiswa lain tidak pernah ada aktivitas belajar selain hanya menyimak dan bertanya. Giliran yang menjadi tugasnya pun tidak pernah dikerjakan dengan serius, selain asal membuat makalah tanpa menerapkan rambu-rambu ilmiah yang semestinya. Itu biasanya dilatari sikap malas membaca apalagi menganalisa dan kemudian menuangkannya dalam tulisan sebagai hasil analisa sendiri, bukan plagiat dari karya orang lain. Gejala penyakit malas ini seringkali tidak diobati sehingga selalu kambuh di setiap perkuliahan bahkan sampai penulisan skripsi, tesis, atau disertasi.

Selain bobrok dalam pembelajaran dan penelitian, dalam konteks pengabdian pun para calon sarjana muslim ini seringkali dipersoalkan. Pengabdian seorang calon sarjana tentu tidak akan lepas dari pusat-pusat pembelajaran masyarakat seperti masjid, madrasah, pesantren, dan majelis ta’lim. Sayangnya pusat-pusat pembelajaran masyarakat tersebut jarang tersentuh para mahasiswa. Padahal pusat-pusat pembelajaran tersebut seringkali mengeluhkan kurangnya tenaga SDM. Padahal juga jika dibandingkan jumlah mahasiswa muslim dengan jumlah pusat pembelajaran masyarakat tidak ditemukan selisih yang signifikan. Pengabdian dalam bentuk advokasi masyarakat di bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan politik juga seringkali luput akibat kesenangan anak muda dengan dunia hiburan dan permainannya.
Semua itu kembali pada integritas kepribadian mahasiswa muslim yang masih berada di titik nadir. Tentu tidak semua mahasiswa muslim berada pada kemerosotan integritas seperti diuraikan di atas. Ada beberapa yang berintegritas mulia. Hanya jumlahnya yang tidak banyak sebanyak mahasiswa yang integritasnya rendah, seringkali terkena hukum alam ‘generalisasi’. Meski tidak sepenuhnya benar, tetapi juga tidak sepenuhnya salah.
Berikut ini akan sedikit diulas perihal integritas mahasiswa muslim berdasarkan kajian para ulama. Mulai dari masalah niat, kejujuran, kesabaran, berakhlaq mulia, dan cara menuntut ilmu.

Masalah Niat
Setiap pencari ilmu, termasuk mahasiswa, sudah seyogianya meniatkan kegiatan belajarnya untuk meraih keridlaan Allah swt, bukan untuk memperoleh bagian duniawi. Imam an-Nawawi mencontohkannya berupa harta, kedudukan, popularitas, keistimewaan dari yang lain, banyak orang yang belajar darinya, atau banyak orang yang membantu hidupnya, meski itu hanya sekedar memberikan hadiah kepadanya.[1] Syaikh al-‘Utsaimin mengaitkan keharaman duniawi ini dengan hadits Nabi saw:
ู…َู†ْ ุชَุนَู„َّู…َ ุนِู„ْู…ًุง ู…ِู…َّุง ูŠَุจْุชَุบِู‰ ุจِู‡ِ ูˆَุฌْู‡َ ุงู„ู„ู‡ِ ู„ุงَ ูŠَุชَุนَู„َّู…ُู‡ُ ุฅِู„ุงَّ ู„ِูŠُุตِูŠْุจَ ุจِู‡ ุบَุฑَุถًุง ู…ِู†َ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู„َู…ْ ูŠَุฌِุฏْ ุนَุฑَูَ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ
Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang semestinya diniatkan mengharap wajah Allah, tapi ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian dunia, maka ia tidak akan mencium wangi surga pada hari kiamat.[2]

Penyebab seorang mahasiswa belajar asal-asalan bisa dipastikan niat bukan untuk mencari keridlaan Allah swt. Allah swt tidak mungkin ridla kepada seseorang yang mencari ilmu asal-asalan. Mahasiswa yang belajarnya asal-asalan pasti didasari niat yang penting lulus, yang penting dapat gelar, yang penting mendapatkan status sarjana, bisa dipakai mengajar atau bekerja, terserah apakah gelar sarjana sudah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki atau tidak. Seorang mahasiswa yang niat belajarnya untuk prestise duniawi akan tersinggung jika diberi nilai C atau D, meski selayaknya ia mendapat nilai E. Ia tidak malu untuk mengemis nilai B atau A, meski jalan pintasnya semester pendek. Budaya mencontek dan plagiasi akan sangat akrab dalam kegiatan belajarnya, jika niatnya hanya untuk mencari status sarjana semata. Atau minimalnya ia akan belajar dengan santai seraya berharap besar perguruan tinggi akan meluluskannya.

Kejujuran
Adab ini disoroti oleh al-Attas dalam filsafat pendidikan yang dianutnya.[3] Kejujuran erat kaitannya dengan penyampaian ilmu dari sumbernya. Seorang ilmuwan diharuskan jujur dalam menyampaikan ilmunya. Apa yang merupakan hasil penelitian orang lain harus disampaikan sebagai hasil penelitian orang lain dan jangan ditutup-tutupi dengan bahasa ungkapan sendiri. Seorang ilmuwan hanya berhak menyampaikan hasil penemuannya sendiri jika itu didasarkan hasil penelitian mandiri, meski itu didasarkan pada penelitian sebelumnya. Praktik menyamarkan hasil penelitian orang lain sebagai hasil penelitian sendiri ini dikenal dengan istilah plagiat. Dalam ilmu hadits istilahnya adalah tadlis. Hadits yang diriwayatkan secara tadlis secara umum dla’if.

Praktik plagiarisme di dunia akademik sudah sedemikian mengkhawatirkan. Bukan hanya menimpa mahasiswa S1, bahkan sampai level guru besar sekalipun. Sebagaimana diberitakan portal kemenristekdikti, pihak kementerian akan mencoba mengatasinya dengan menginstuksikan setiap perguruan tinggi untuk memiliki dewan etik. Meski sebenarnya, Menteri sendiri sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penang­gu­langan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Kesabaran
Kesabaran yang dimaksud dalam integritas mahasiswa ini mencakup dua hal; kesabaran dalam memperoleh ilmu dan kesabaran dalam keterbatasan materi.
Kesabaran jenis pertama diungkapkan oleh Syaikh al-‘Utsaimin dengan istilah tatsabbut wa tsabat. Tatsabbut artinya meneliti kebenaran ilmu langsung dari sumbernya, sementara tsabat artinya kemampuan untuk terus bertahan dalam situasi yang sulit.[4] Dua hal tersebut jelas erat keterkaitannya dalam pencarian ilmu. Seorang pencari ilmu diharuskan merujuk pada sumber-sumber ilmu yang diakui. Proses penelitian pada sumber-sumber ilmu, baik itu yang library research atau field research, memerlukan waktu yang tidak sebentar dan menghadapi rintangan yang banyak. Jika tidak disertai tsabat, tatsabbut akan seenaknya saja dilanggar. Ilmu yang diperoleh pun tidak akan valid dan akan kental dengan kesesatan. Kalaupun tidak sesat, minimalnya ilmu yang diteliti tidak kunjung berkembang.
Kesabaran jenis kedua adalah kesabaran dalam menjalani hidup dengan keterbatasan selama mencari ilmu. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa hal ini harus dijalani agar dalam mencari ilmu tidak tersibukkan dengan aktivitas duniawi, melainkan fokus sepenuhnya pada mencari ilmu.[5] Imam an-Nawawi dalam hal ini mengutip pernyataan beberapa ulama:
ู‚َุงู„َ ุงู„ุดَّุงูِุนِูŠُّ ุฑَุญِู…َู‡ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ู„َุง ูŠَุทْู„ُุจُ ุฃَุญَุฏٌ ู‡َุฐَุง ุงู„ْุนِู„ْู…َ ุจِุงู„ْู…ُู„ْูƒِ ูˆَุนِุฒِّ ุงู„ู†َّูْุณِ ูَูŠَูْู„َุญَ ูˆَู„َูƒِู†ْ ู…َู†ْ ุทَู„َุจَู‡ُ ุจِุฐُู„ِّ ุงู„ู†َّูْุณِ ูˆَุถِูŠู‚ِ ุงู„ْุนَูŠْุดِ ูˆَุฎِุฏْู…َุฉِ ุงู„ْุนُู„َู…َุงุกِ ุฃَูْู„َุญَ: ูˆَู‚َุงู„َ ุฃَูŠْุถًุง ู„َุง ูŠُุฏْุฑَูƒُ ุงู„ْุนِู„ْู…ُ ุฅู„َّุง ุจِุงู„ุตَّุจْุฑِ ุนَู„َู‰ ุงู„ุฐُّู„ِّ: ูˆَู‚َุงู„َ ุฃَูŠْุถًุง ู„َุง ูŠَุตْู„ُุญُ ุทَู„َุจُ ุงู„ْุนِู„ْู…ِ ุฅู„َّุง ู„ِู…ُูْู„ِุณٍ ูَู‚ِูŠู„َ ูˆَู„َุง ุงู„ْุบَู†ِูŠُّ ุงู„ْู…ُูƒَูَّู‰ ูَู‚َุงู„َ ูˆَู„َุง ุงู„ْุบَู†ِูŠُّ ุงู„ْู…ُูƒَูَّู‰
As-Syafi’i rahimahullah berkata: “Tidak ada seorang pun yang mencari ilmu ini dengan kekuasaan dan ketinggian diri lalu ia sukses. Tetapi orang yang mencarinya dengan kerendahan diri, kesempitan hidup, dan berkhidmat kepada para ulama, ia akan sukses.” Beliau berkata juga: “Ilmu ini tidak akan diperoleh kecuali dengan sabar dalam keterbatasan.” Beliau berkata juga: “Tidak pantas mencari ilmu kecuali untuk orang yang bangkrut.” Ditanyakan kepada beliau: “Orang yang kaya dan cukup tidak pantas?” Beliau menjawab: “Orang yang kaya dan cukup tidak pantas.”
ูˆَู‚َุงู„َ ู…َุงู„ِูƒُ ุจْู†ُ ุฃَู†َุณٍ ุฑَุญِู…َู‡ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َุง ูŠَุจْู„ُุบُ ุฃَุญَุฏٌ ู…ِู†ْ ู‡َุฐَุง ุงู„ْุนِู„ْู…ِ ู…َุง ูŠُุฑِูŠุฏُ ุญَุชَّู‰ ูŠุถุฑุจู‡ ุงู„ูู‚ุฑ ูˆูŠุคุซุฑู‡ ุนู„ู‰ ูƒู„ ุดุฆ
Malik ibn Anas rahimahullah berkata: “Seseorang tidak akan memperoleh apa yang ia inginkan dari ilmu ini sehingga tertimpa kefakiran dan ia memprioritaskan ilmu di atas segala sesuatunya.”
ูˆَู‚َุงู„َ ุฃَุจُูˆ ุญَู†ِูŠูَุฉَ ุฑَุญِู…َู‡ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ูŠُุณْุชَุนَุงู†ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ูู‚ู‡ ุจุฌู…ุน ุงู„ู‡ู… ูˆَูŠُุณْุชَุนَุงู†ُ ุนَู„َู‰ ุญَุฐْูِ ุงู„ْุนَู„َุงุฆِู‚ِ ุจِุฃَุฎْุฐِ ุงู„ْูŠَุณِูŠุฑِ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ْุญَุงุฌَุฉِ ูˆَู„َุง ูŠَุฒِุฏْ
Abu Hanifah rahimahullah berkata: “Akan terbantu untuk bisa memahami dengan menguatkan semangat. Akan terbantu untuk menghilangkan kesibukan dengan mengambil sedikit saja ketika butuh dan tidak berlebihan.”
ูˆَู‚َุงู„َ ุฅุจْุฑَุงู‡ِูŠู…ُ ุงู„ْุขุฌُุฑِّูŠُّ ู…َู†ْ ุทَู„َุจَ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ุจِุงู„ْูَุงู‚َุฉِ ูˆَุฑِุซَ ุงู„ْูَู‡ْู…َ
Ibrahim al-Ajuri berkata: “Siapa yang mencari ilmu dengan kesengsaraan, ia akan mewarisi pemahaman.”[6]

Peringatan Imam an-Nawawi ini menemukan relevansinya pada zaman sekarang. Ketika seorang mahasiswa tersibukkan dengan aktivitas duniawi, otomatis ia tidak akan maksimal dalam mencari dan meneliti ilmu. Demikian halnya ketika seorang mahasiswa lebih mementingkan penampilan dan gadgetnya, ia akan abai dari memperkaya khazanah pustaka di lemarinya. Hidupnya yang serba instan dan materialis berdampak negatif pada gaya belajarnya yang serba instan dan menerapkan paham materialis pula.

Fakta bahwa beberapa jurusan keilmuan di perguruan tinggi menerapkan biaya mahal untuk biaya pendidikannya berdampak pada lulusannya yang jauh dari “fiqih” terhadap agama. Jika pada umumnya mereka adalah dokter, maka mereka menjadi dokter yang materialis. Demikian halnya jika mereka adalah pengacara, insinyur, atau bahkan sarjana agama sekalipun. Orientasi kemapanan duniawi yang sudah dianut dalam hidup mereka selama mereka kuliah, akan terus abadi ketika mereka sudah lulus dari kuliahnya. Jadilah ilmu yang diperoleh jauh dari kategori “fiqih” dalam agama.

Berakhlaq Mulia
Imam al-Ghazali mengategorikan point ini pada wazhifah ula dari sepuluh wazhifah yang harus diperhatikan oleh seorang pencari ilmu. Menurutnya, seorang pencari ilmu sama halnya dengan seseorang yang akan shalat yang harus bersih dari najis dan hadats. Dalam konteks ibadah batin seperti mencari ilmu, najis dan hadats itu adalah kotoran hati dan jiwa. Jika ini tidak dibersihkan terlebih dahulu, maka ilmu yang diperoleh akan batal.[7]
Imam an-Nawawi menekankannya dengan harus jauh dari sifat hasud, riya, senang berbangga diri dan merendahkan orang lain. Di samping itu harus merutinkan tasbih, tahlil, dan dzikir-dzikir atau do’a-do’a lainnya. Merutinkan membaca al-Qur`an, shalat dan shaum sunat, dan adab-adab syar’i lainnya sehingga hati senantiasa tawakkal kepada Allah swt.[8]

Cara Menuntut Ilmu
Imam al-Ghazali menekankan agar seorang pencari ilmu terlebih dahulu mengetahui peta keilmuan. Setelah ia mengetahui peta keilmuan tersebut, ia mulai mempelajarinya satu per satu, mulai dari yang terpenting. Tidak boleh semua ilmu itu dipelajari secara bersamaan sekaligus, sebab satu ilmu akan sangat terkait dengan ilmu lainnya yang harus dikuasai terlebih dahulu. Maka dari itu, setiap disiplin keilmuan yang didalami harus tuntas sampai dikuasai. Jangan pernah berpindah pada ilmu lainnya, sebelum ia menguasai ilmu yang tengah diperdalamnya.[9]
Hirarki keilmuan yang harus dipelajari secara bertahap tersebut dijelaskan oleh Imam an-Nawawi sebagai berikut:
ูˆَูŠَู†ْุจَุบِูŠ ุฃَู†ْ ูŠَุจْุฏَุฃَ ู…ِู†ْ ุฏُุฑُูˆْุณِู‡ِ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…َุดَุงูŠِุฎِ ูˆَูِูŠ ุงู„ْุญِูْุธِ ูˆَุงู„ุชِّูƒْุฑَุงุฑِ ูˆَุงู„ْู…ُุทَุงู„َุนَุฉِ ุจِุงู„ْุฃَู‡َู…ِّ ูَุงู„ْุฃَู‡َู…ِّ: ูˆَุฃَูˆَّู„ُ ู…َุง ูŠَุจْุชَุฏِุฆُ ุจِู‡ِ ุญِูْุธُ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ุงู„ْุนَุฒِูŠْุฒِ ูَู‡ُูˆَ ุฃَู‡َู…ُّ ุงู„ْุนُู„ُูˆْู…ِ ูˆَูƒَุงู†َ ุงู„ุณَّู„َูُ ู„ุงَ ูŠُุนَู„ِّู…ُูˆْู†َ ุงู„ْุญَุฏِูŠْุซَ ูˆَุงู„ْูِู‚ْู‡َ ุฅِู„ุงَّ ู„ِู…َู†ْ ุญَูِุธَ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ูˆَุฅِุฐَุง ุญَูِุธَู‡ُ ูَู„ْูŠَุญْุฐَุฑْ ู…ِู†َ ุงู„ْุงِุดْุชِุบَุงู„ِ ุนَู†ْู‡ُ ุจِุงู„ْุญَุฏِูŠْุซِ ูˆَุงู„ْูِู‚ْู‡ِ ูˆَุบَูŠْุฑِู‡ِู…َุง ุงุดْุชِุบَุงู„ุงً ูŠُุคَุฏِّูŠ ุฅِู„َู‰ ู†ِุณْูŠَุงู†ِ ุดَูŠْุกٍ ู…ِู†ْู‡ُ ุฃَูˆْ ุชَุนْุฑِูŠْุถِู‡ِ ู„ِู„ู†ِّุณْูŠَุงู†ِ. ูˆَุจَุนْุฏَ ุญِูْุธِ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ูŠَุญْูَุธُ ู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ูَู†ٍّ ู…ُุฎْุชَุตَุฑًุง ูˆَูŠَุจْุฏَุฃُ ุจِุงู„ْุฃَู‡َู…ِّ ูˆَู…ِู†ْ ุฃَู‡َู…ِّู‡َุง ุงู„ْูِู‚ْู‡ُ ูˆَุงู„ู†َّุญْูˆُ ุซُู…َّ ุงู„ْุญَุฏِูŠْุซُ ูˆَุงู„ْุฃُุตُูˆْู„ُ ุซُู…َّ ุงู„ْุจَุงู‚ِูŠ ุนَู„َู‰ ู…َุง ุชَูŠَุณَّุฑَ
Sudah semestinya seseorang mengawali belajarnya kepada para syaikh, termasuk dalam hal hafalan dan kajian, dengan yang paling penting lalu yang penting berikutnya. Hal pertama yang harus dipelajari adalah menghafal al-Qur`an al-‘Aziz. Itu adalah ilmu yang paling penting. Para ulama salaf tidak mengajarkan hadits dan fiqih kecuali kepada orang yang sudah hafal al-Qur`an. Jika seseorang sudah hafal al-Qur`an waspadalah dari tersibukkan oleh hadits, fiqih, atau lainnya yang menyebabkannya lupa dari hafalannya atau sebatas mengganggu hafalannya. Setelah hafal al-Qur`an, baru seseorang menghafal ilmu lainnya mulai dari yang mukhtashar (ringkasan). Mulai dari yang paling penting, yaitu fiqih, nahwu, hadits, ushul, kemudian ilmu lainnya yang mudah baginya.[10]
Penjelasan yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Syaikhul-Islam Ibn Taimiyyah:
ูˆَุฃَู…َّุง ุทَู„َุจُ ุญِูْุธِ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ูَู‡ُูˆَ ู…ُู‚َุฏَّู…ٌ ุนَู„َู‰ ูƒَุซِูŠุฑٍ ู…ِู…َّุง ุชُุณَู…ِّูŠู‡ِ ุงู„ู†َّุงุณُ ุนِู„ْู…ًุง. ูˆَู‡ُูˆَ ุฅู…َّุง ุจَุงุทِู„ٌ ุฃَูˆْ ู‚َู„ِูŠู„ُ ุงู„ู†َّูْุนِ. ูˆَู‡ُูˆَ ุฃَูŠْุถًุง ู…ُู‚َุฏَّู…ٌ ูِูŠ ุงู„ุชَّุนَู„ُّู…ِ ูِูŠ ุญَู‚ِّ ู…َู†ْ ูŠُุฑِูŠุฏُ ุฃَู†ْ ูŠَุชَุนَู„َّู…َ ุนِู„ْู…َ ุงู„ุฏِّูŠู†ِ ู…ِู†ْ ุงู„ْุฃُุตُูˆู„ِ ูˆَุงู„ْูُุฑُูˆุนِ ูَุฅِู†َّ ุงู„ْู…َุดْุฑُูˆุนَ ูِูŠ ุญَู‚ِّ ู…ِุซْู„ِ ู‡َุฐَุง ูِูŠ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ْุฃَูˆْู‚َุงุชِ ุฃَู†ْ ูŠَุจْุฏَุฃَ ุจِุญِูْุธِ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ูَุฅِู†َّู‡ُ ุฃَุตْู„ُ ุนُู„ُูˆู…ِ ุงู„ุฏِّูŠู†ِ... ูˆَุงู„ْู…َุทْู„ُูˆุจُ ู…ِู†ْ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ู‡ُูˆَ ูَู‡ْู…ُ ู…َุนَุงู†ِูŠู‡ِ ูˆَุงู„ْุนَู…َู„ُ ุจِู‡ِ ูَุฅِู†ْ ู„َู…ْ ุชَูƒُู†ْ ู‡َุฐِู‡ِ ู‡ِู…َّุฉَ ุญَุงูِุธِู‡ِ ู„َู…ْ ูŠَูƒُู†ْ ู…ِู†ْ ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ْุนِู„ْู…ِ ูˆَุงู„ุฏِّูŠู†ِ ูˆَุงَู„ู„َّู‡ُ ุณُุจْุญَุงู†َู‡ُ ุฃَุนْู„َู…ُ
Adapun menghafal al-Qur`an maka itu harus diprioritaskan daripada ilmu lain yang dikenal oleh manusia, entah itu ilmu yang batil ataupun yang sedikit manfaatnya. Ia juga harus diprioritaskan daripada mempelajari ilmu-ilmu agama baik yang ushรปl-nya atau cabang-cabangnya. Karena sesungguhnya yang disyari'atkan sebagai kewajiban dalam hal ini, pada waktu-waktu ini, adalah mulai dengan menghafal al-Qur`an, karena itu merupakan ashal dari ilmu-ilmu agama... Di samping itu, sudah barang tentu yang dituntut dari al-Qur`an adalah memahami maknanya dan mengamalkannya. Jika bukan ini yang menjadi motif dari sang penghafal al-Qur`an, maka tentu ia tidak termasuk ahli ilmu dan agama. Allah Subahanahu lebih mengetahui.[11]

Sungguh merupakan kekeliruan besar ketika ada seorang mahasiswa terjebak dengan sistem belajar semester, atau S1, S2, S3. Ketika semester selesai atau kuliah sudah lulus, maka belajar ilmu pun harus selesai, meski sebenarnya ia belum menguasai ilmu yang dipelajarinya. Seyogianya ia mengajukan diri untuk mengulang semesternya, atau minimalnya belajar di jalur nonformal atau informal untuk menguatkan pemahamannya terhadap ilmu yang dipelajarinya. Ia harus terus mempelajarinya sampai tuntas, meski kuliah sudah lulus.

Demikian halnya, kekeliruan lainnya adalah ketika mahasiswa mengabaikan tahfizh al-Qur`an dan penguasaan pada ilmu-ilmu fardlu ‘ain seperti nahwu, hadits, ushul, dan fiqih. Padahal ilmu-ilmu fardlu ‘ain tersebut, sebagaimana ditegaskan al-Attas, menyingkap rahasia Being dan Eksistensi, menerangkan dengan sebenar-benarnya hubungan antara diri manusia dan Tuhan, dan menjelaskan maksud dari mengetahui sesuatu dan tujuan kehidupan yang sebenarnya. Ketika ilmu pengetahuan tidak dibimbing dengan ilmu-ilmu fardlu ‘ain maka ilmu-ilmu tersebut akan membingungkan manusia dan secara terus menerus menjebak mereka dalam suasana pencarian tujuan dan makna kehidupan yang meragukan dan salah.[12]

[1] An-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab, bab adabul-mu’allim.

[2] Muhammad ibn Shalih al-‘Utsaimin, Kitabul-‘Ilm, bab fi adab thalibil-‘ilm, al-amrul-awwal. Hadits di atas diriwayatkan dalam Al-Mustadrak al-Hakim kitab al-‘ilm bab man ta’allama ‘ilman mimma yabtaghi bihi wajhal-‘Llah no. 264-265.

[3] Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Kuala Lumpur: ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization), 1998, hlm. 227.

[4] Muhammad ibn Shalih al-‘Utsaimin, Kitabul-‘Ilm, bab fi adab thalibil-‘ilm, al-amrul-hadi ‘asyar.

[5] An-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab, bab adabul-muta’allim.

[6] Ibid.

[7] Abu Hamid al-Ghazali, Ihya` ‘Ulumid-din, bab fi adabil-muta’allim wal-mu’allim.

[8] An-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab, bab adabul-mu’allim.

[9] Abu Hamid al-Ghazali, Ihya` ‘Ulumid-din, bab fi adabil-muta’allim wal-mu’allim, al-wazhifah al-khamisah-as-sabi’ah.

[10] An-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab, bab adabul-mu’allim.

[11] Ibn Taimiyyah, Majmรป' Fatรขwรข, jilid 23, hlm. 54-55.


[12] Wan Daud, The Educational Philosophy, hlm. 115.